Sabtu, 28 Agustus 2010

komunikasi


KONSEP KOMUNIKASI THERAPEUTIK

KONSEP DAN PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

A. Komunikasi dalam bidang keperawatan adalah :

Proses untuk menciptakan hubungan Perawat - Pasien atau dengan tenaga kesehatan lainnya, dan untuk mengenal kebutuhan Pasien serta menentukan rencana tindakan dan kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Memberikan asuhan keperawatan untuk membantu Pasien memecahkan masalah, oleh karena kemampuan komunikasi tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku seseorang yang melibatkan aktifitas (fisik, mental, latar belakang sosial, pengalaman , sosial, pendidikan) demi tujuan yang ingin dicapai. Peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam memberikan asuhan keperawatan disebabkan :
Ø makin majunya ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran .
Ø Perubahan konsep perawatan dari perawatan orang sakit secara individual menjadi perawatan paripurna.
Ø Peranan Perawat menjadi penting oleh karena dalam era kemajuan, komunikasi memegang peranan sangat menentukan baik dilakukan secara verbal maupun non verbal dalam membantu penyembuhan Pasien sebab Perawat hubungannya dekat dengan Pasien.
Ø Dokter pada zaman sekarang banyak menggunakan peralatan canggih
seperti komputerisasi peralatan, sehingga hubungan Dokter - Pasien kurang dan jarang berjalan dengan baik. Karena itu Perawat sebagaikomponen penting dalam proses perawatan sangat dituntut untukberkomunikasi dengan sempurna seperti senyum, pandangan mata,
sentuhan dan sebagainya (sebagai jembatan antara dokter - pasien).
Ø pandangan mata, sentuhan dan sebagainya (sebagai jembatan antara
dokter - pasien).

Konsep dan Prinsi Komunikasi Terapeutik

B. Pengertian Komunikasi Therapeutik.
Komunikasi therapeutik adalah :
Komunikasi yang direncanakan secara sadar, mempunyai tujuan serta kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan Pasien. Pada dasarnya komunikasi therapeutik merupakan komunikasi
interpersonal dan bersifat profesional dengan titik tolak member pengertian Perawat dan Pasien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi therapeutik adalah adanya saling membutuhkan antara Perawat & Pasien (Perawat membant Pasien menerima bantuan).

C. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen 1995 cit Nurjanah 2005,
1. Kesadaraan, penerimaan diri dan meningkatnya kehormatan diri.
2. Meningkatnya identitas diri yang jelas dan integritas pribadi
3. Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan, hubungan inter personal dengan kapasistas memberi dan menerima cinta.
4. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistik

D. Kegunaan Komunikasi Therapeutik.
Fungsi komunikasi Therapeutik adalah :
Ø Untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama Perawat – Pasien melalui hubungan Perawat - Pasien.
Ø Perawat berusaha mengungkap perasaan Pasien, serta mengidentifikasi dan mengkaji masalah Pasien.
Ø Mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam praktek perawatan.
Ø Pada tahap perawatan, bila komunikasi berjalan baik dapat memberikan pengertian tingkah laku Pasien dan membantu Pasien mengatasi persoalan yang dihadapi.

Konsep dan Prinsi Komunikasi Terapeutik
Pada tahap preventif kegunaan komunikasi therapeutik adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri / kesehatan Pasien.

E. Perbedaan Komunikasi Therapeutik dengan Komunikasi Sosial

Komunikasi Therapeutik. :

Ø Terjadi antara pasien dengan perawat atau anggota tim kesehatan lainnya.
Ø Umumnya komunikasi terapeutik lebih akrab karena mempunyai tujuan dan berfokus pada Pasien yang membutuhkan bantuan.
Ø Perawat aktif mendengarkan dan memberi respon kepada Pasien dengan cara menunjukkan sikap mau menerima dan mau memahami sehingga dapat mendorong Pasien untuk berbicara secara terbuka tentang dirinya.
Ø Selain itu Perawat membantu Pasien untuk melihat dan memperhatikan apa yang tidak disadari sebelumnya.
Komunikasi Sosial :
1. Terjadi setiap hari antar orang perorang dan dalam pergaulan
maupun lingkungan kerja.
2. Komunikasi bersifat dangkal karena tidak mempunyai tujuan.
3. Lebih banyak terjadi dalam pekerjaan aktivitas sosial dll.
4. Pembicaraan tidak mempunyai fokus tertentu, tetapi lebih mengarah
kepada kebersamaan dan rasa senang.
5. Dapat direncanakan tetapi dapat juga tidak direncanakan.

F. Prinsip-Prinsip Komunikasi Therapeutik
Menurut ROGERS sebagai berikut ;
Ø Perawat harus mengenal dirinya sendiri artinya dapat memahami dan menghayati dirinya sendiri dan nilai yang dianut.
Ø Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.
Ø Perawat harus memahami nilai yang dianut oleh pasien sekaligus dapat menghayatinya .
Ø Perawat harus menyadari pentingnya mengetahui kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
Ø Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
Ø Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Ø Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap, yang berguna untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih marah, keberhasilan maupun frustasi.
Ø Mampu menentukan batas waktu yang sesuai agar dapat mempertahankan konsistennya.
Ø Memahami betul arti empati / simpati sebagai tindakan yang therapeutik dan sebaliknya.
Ø Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan therapeutik.
Ø Perawat harus mampu berperan sebagai role-model, karena itu perlu mempertahankan keadaan sehat secara fisik , mental, spiritual dan gaya hidup. Dengan demikian dapat menyakinkan dan menunjukkan kepada orang lain tentang pentingnya kesehatan.
Ø Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
Ø Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Ø Menolong orang lain secara manusiawi akan mendapat kepuasan .

G. Unsur-Unsur dan Komponen Komunikasi Therapeutik
Unsur - unsur yang ada pada komunikasi therapeutik yaitu :
1. Sumber proses komunikasi :
Yaitu adanya pengiriman dan penerimaan pesan. Prakarsa berkomunikasi dilakukan oleh sumber ini dan sumber ini juga menerima umpan balik sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mengirim pesan.
2. Pesan-pesan yang disampaikan.
Mengadakan penyajian bahasa non verbal maupun verbal.
3. Penerima.
Orang yang menerima pengiriman pesan dan membahas pesan yang
disampaikan oleh sumber sehingga dapat diketahui dimengerti /
tidaknya suatu pesan.
4. Lingkungan, waktu komunikasi berlangsung.
Dalam hal ini meliputi saluran penyampaian dan penerimaan serta lingkungan alamiah saat pesan disampaikan, Saluran penyampaian pesan adalah melalui indra manusia antara lain: pendengaran, penglihatan, pengecap, perabaan.

Lingkungan alamiah adalah lingkungan sekitar saat terjadi komunikasi.
Komponen komunikasi therapeutik yaitu :

1. Pemberi Pesan / Komunikator.
Didalam Komunikasi Therapeutik Perawat bertindak sebagai Komunikator.
Dalam menyampaikan pesan hendaknya hal-hal sbb. diperhatikan :
a. Pesan yang akan disampaikan harus sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Pesan mempergunakan bahasa yang dapat dimengerti dengan mudah oleh pasien.
c. Diusahakan pesan dapat menarik minat pasien.
d. Sikap yang baik akan memperlancar proses komunikasi, seperti :
1). Sikap terbuka, sikap manis, rendah hati, saling percaya dan dapat menjadi pendengar yang baik adalah sikap yang mendukung keberhasilan komunikasi.
2). Semakin baik hubungan antar manusia seseorang makin memperlancar arus komunikasi.
3). Sikap tegas yang ditampilkan harus bersumber pada hubungan antar manusia yang baik sehingga pendengar percaya terhadap uraian komunikator . Sedangkan sikap sebaliknya (menghambat komunikasi) :
4). Sikap sombong, angkuh menyebabkan pendengar enggan dan menolak uraian komunikator.
5). Cara duduk yang angkuh, tidak mau mendengar orang lain adalah cara atau sikap yang tidak terpuji.
6). Sikap ragu-ragu bisa menyebabkan pendengar / pemirsa kurang percaya terhadap komunikator.
Didalam Komunikasi Therapeutik pesan yang disampaikan dapat berupa : nasehat, bimbingan, dorongan informasi perawatan, petunjuk dsb. dan disampaikan dalam bentuk lisan/verbal dan bahasa tubuh / non verbal, yang mengikuti bentuk lisan.

2. Penerima Pesan / Komunikan.
Peranannya :
a. Menerima lambang-lambang yang disampaikan oleh komunikator.
b. Membaca sandi / lambang verbal atau non verbal yang disampaikan komunikator.
c. Menyesuaikan pesan yang telah disampaikan.
d. Memberi umpan balik kepada kumunikator.

3. PENGHUBUNG / MEDIATOR.
Perawat dapat berperan sebagai penghubung antara Pasien dengan Dokter. Untuk menjadi penghubung yang baik seorang perawat harus:
a. Menguasai permasahan yang akan disampaikan. Semakin dalam menguasai permasalahan, akan semakin baik dalam memberikan uraian-uraiannya.
b. Mampu melihat situasi dan kondisi dari pasien.

4. PENASEHAT / KONSELOR.
Dimasyarakat sering timbul masalah kesehatan dan masyarakat belum mampu mengatasi masalah tersebut. Dalam hal ini peran perawat sangat penting sebagai penasehat kesehatan. Dengan demikian seorang perawat harus mempunyai wawasan yang luas dalam bidang kesehatan , dengan cara banyak membaca dan mengikuti perkembangan tehnologi.

H. KOMUNIKASI TERAPEUTIK YANG EFEKTIF
Komunikasi terapeutik yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan
kesembuhan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Lakukan Kajian terhadap :
• Kemampuan perawat dalam berkomunikasi
• Evaluasi status mental pasien positif atau negatif
• Evaluasi kemapuan pasien ( Komunikasi Verbalnya )
• Observasi terhadap pasien
• Identifikasi Tk Perkembangan Pasien (Realitis atau tidak )
• Tentukan Sikap Pasien baik secara Verbal/Non-V telah sesuai yang dikehendakI
• Kecenderungan perilaku pasien kearah posif atau negatif
2. Rencanakan tujuan :
• Bantu Pasien memenuhi Kebutuhan sendiri (Sadar akan kebutuhan)
• Bantu Pasien menerima Pengalaman yg telah dilalui Tingkatkan Harga diri Pasien
• Beri Support pasien karena adanya Perubahan lingkungan saat ini
• Kesepakatan Komunikasi dilakukan antara Perawat – Pasien terbuka

3. Implementasikan,dengan cara :
• Perawat memperkenalkan diri Ber interaksi dengan Pasien
• Bantu Pasien : - mengetahui Gambaran pribadinya agar menyadari diri akan masalahnya
• Anjurkan Pasien : - Meningkatkan kebutuhannya Mengemukakan permasalahan
4. Hasil Komunikasi terapeutik, dievalusi dengan melihat :
• Apakah Pasien telah mampu mengkaji & memenuhi kebutuhan diri sendiri
• Komunikasi menjadi lebih jelas, Terbuka, Terfokus
• Apakah kecemasan Pasien berkurang

I. TAHAP-TAHAP HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPETIK
Dalam membina hubungan terapetik (berinteraksi), perawat gigi mempunyai 4 tahapan tugas yang harus diselesaikannya. Menurut Stuart dan Sundeen, 1995 cit Nurjanah 2005 keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut ;
1. Tahap Prainteraksi
Merupakan tahap dimana perawat belm bertemu dengan klien. Tugas perawat dalam tahap ini adalah ;
a. mendapatkan informasi tentang klien (dari medical record atau sumber yang lainnya)
b. mencari literature yang berkaitan dengan masalah yang dialami pasien
c. mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
d. menganalisa kekuatan dan kelemahan professional diri
e. membuat rencana pertemuan dengan klien :
- tipe spasiifik data yang akan dicari
- metode yang tepat untuk wawancara
- seting ruangan / waktu yang tepat

2. Tahap Orientasi / Perkenalan
Merupakan tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah ;
a. Membangun iklim percaya, memahami penerimaan dan komunikasi terbuka
b. Memformulasikan kontrak dengan klien. Komponen kontrak dengan klien adalah ;
- nama perawat atau klien
- peran yang dirawat dari perawat atau klien
- tanggung jawab dari perawat atau klien
- tujuan
- kerahasiaan
- harapan
- topic
- waktu dilakukannya interaksi
3. Tahap Kerja
Merupakan tahap dimana perawat memulai kegiatan. Tugas perawat pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap prainteraksi. Perawat mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong perkembangan wawasan diri yang dihubungkan dengan persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan klien.
4. Tahap Terminasi
Merupakan tahap dimana perawat akan menghentikan interaksinya dengan klien. Tahap ini bisa merupakan terminasi sementara maupun akhir. Pada tahap ini perawat mempunyai tugas mengevaluasi kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara kognitif, psikomotor maupun afektif. Merencanakan tindak lanjut dengan klien ;
- Melakukan kontrak
- Mengakhiri terminasi dengan cara yanga baik

Terminasi adalah satu dari tahap yang sulit tapi sangat penting dari hubungan terapetik perawat-klien. Tahap terminasi adalah saat untuk merubah perasaan dan memori serta untuk mengevaluasi kemajuan klien dan tujuan yang telah dicapai. Tingkat kepercayaan dan keintiman menjadi lebih tinggi, menggambarkan kualitas hubungan perawat dan klien. Menurut Campaniello cit Nurjanah 2005, menentukan klien yang telah siap untuk terminasi adalah ;
a. pengalaman klien terlepas dari adanya masalah
b. Fungsi social klien meningkat, dan isolasi telah menurun
c. Klien mempunyai kekuatan fungsi ego dan mencapai pemahaman tentang identaitas
d. Klien bekerja lebih efektif dan produktif serta kaya dalam hal mekanisme pertahanan diri
e. Klien telah mencapai tujuan dari rencana penanganan
f. kebuntuan dalam hubungan perawat klien telah terselesaikan

Tugas perawat pada tahap ini adalah mengembangkan dan menyediakan realitas perpisahan. Perawat bersama klien mengulangi kemajuan yang dibuat selama penanganan dan tercapainya tujuan spesifik. Perasaan ditolak, kehilangan, sedih dan marah diekspresikan dan dieksplorasi.Perawat di sini membantu klien untuk mempersiapkan perpisahan. Panduan Interaksi Perawat-Klien(Nurjanah, 2005)
Tahap prainteraksi
- Mengumpulkan data tentang klien
- Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
- Membuat rencana pertemuan dengan klien Tahap Orientasi
- Memberikan salam dan tersenyum kepada klien
- Melakukan validasi (Kognitif, psikomotor, afektif biasanya pada pertemuan lanjutan
- Memperkenalkan nama perawat
- Menanyakan nama panggilan kesukaan klien
- Menjelaskan tanggung jawab perawat dank lien
- Menjelaskan peran perawat dank lien
- Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
- Menjelaskan tujuan
- Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
- Menjelaskan kerahasiaan Tahap kerja
- Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
- Menanyakan keluhan utama
- Mmemulai kegiatan dengan cara yang baik
- Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana Tahap Terminasi
- Menyimpulkan hasil kegiatan ; evaluasi, proses dan hasil
- Memberikan reinforcement positif
- Merencanakan tindak lanjut dengan klien
- Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
- Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik Dimensi Respon
- Berhadapan
- Mempertahankan kontak mata
- Tersenyum pada saat yang tepat
- Membungkuk kea rah klien
- Mempertahankan sikap terbuka

Ringkasan Tugas Utama Perawat dalam Tiap Tahap dari Proses Hubungan (Stuart dan Sundeen, 1995 cit Nurjanah 2005)
Fase Tugas
Prainteraksi
- Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
- Menganalisa kekuatan professional diri dan keterbatasan
- Mengumpulkan data tentang klien jika mungkin
- Merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien
Orientasi/ Perkenalan
- Menentukan mengapa klien mencari pertolongan
- Menyediakan kepercayaan, penerimaan dann komunikasi terbuka
- Membuat kontrak timbal-balik
- Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan
- Mengidentifikasi masalah klien
- Mendefinisikan tujuan dengan klien
Kerja
- Mengeksplorasi stressor yang sesuai / relevan
- Mendorong perkembangan insight klien dan penggunaan mekanisme koping konstruktif
- Menangani tingkah laku yang dipertahankanoleh klien/ resistance
Terminasi
- Menyediakan relitas berpisah
- Melihat kembali kemajuan dari terapi dan pencapaian tujuan
- Saling mengeksplorasi perasaan dari penolakan, kehilangan, sedih dan marah serta tingkah laku yang berkaitan

J. KEHARUSAN PERAWAT
Ada 4 (empat) keharusan bagi perawat dalam serangkaian komunikasi dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat. Empat keharusan tersebut yakni : Pengetahuan, Ketulusan, semangat, Praktek.
Pengetahuan.
Mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan dalam penyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik,seorang Perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahan dalam tugasnya setiap hari.Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhan keperawatan (nursing care plan), namun bila
perawat mendiskusiannya dan mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan – tahapan yang dilalui dalam proses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada perawatan yang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya. Kemudahan dalam melaksanakan sangat dipengaruhi oleh factor pengetahuan yang dimiliki oleh perawat itu sendiri. Seorang perawat bukan sekedar menghafal nama pasien,alamat,diet dan lain lain akan tetapi dari cara beromunikasi turut besar pula andilnya. Begitu juga bila dalam memberian penyuluhan esehatan dimasyarat, pertanyaan – pertanyaan dari warga masyaraat aan dapat dijawab dengan jelas serta memberian tinda lanjut, daripada menganggap tugas penyuluhan esehatan seedar manjalanan tugas saja oleh arena emampuan yang terbatas. Tepatnya perawat yang memiliki pengetahuaan yng luas an lebih mudah beromuniasi dari pada wawasn pengetahuny terbatas.
Ketulusan.
Sekedar mengenal pasien dan ebutuhanya saja tidalah cuup,tapi epercayaan yang sepenuh hati (tulus) tida bias diabian begitu saja. Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang sederhana, mau mendengaran eluhan – eluhan pasien tanpa setiap harinya seorang perawat sering berhadapan dengan pasien yang memilii bermacam – macam sifat dan tabiat. Namun dengan sikapnya yang tulus seorang perawat dapat membantu meringanan beban pasien tanpa membedaan antara pasien satu dengan lainnya. Mesipun gaji perawat bukanlah gaji tinggi, namun seorang perawat memperoleh kepuasan batin apabila mampu membantu pasien dalam mengatasi penyaitnya, lebih – lebih bila pasien dalam mengatasi penyaitnya, lebih – lebih bila nasihat dan saran- sarannya diterima dengan baik oleh pasien. Walaupun kehadirannya ada yang memuji tapi tidak sediit pula yang merasa tida puas terhadap asuhan perawatan yang telah diberian, sehingga muncul istilah perawt judes, Bu Subangun (tokoh paling cerewet) dalam serial eluarga rahmat ditelevisi dan sebaginya. Tapi satu hal yang perlu ita garisbawahi, perawat tetaplah perawat, sosok manusia yang bias saja hilaf. Sedangkan yang membedaanya arena keahlian dan ketulusannya dalam membantu pasien dalam mengatasi esulitanyang berhubungan dengan penyaitnya.
Semangat.
Dalam beromuniasi dengan pasien, selain pengetahuan dan etulusan seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat mempengaruhi semangat pasien. Aan halnya penyait yang diderita olehpasien lebih cepst sembuh bila nasehat dan saran – saran serta anjuran dokter ditaati sepenuhnya oleh pasien. Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup, kemudian bias pula melatih bagian tubuh pasien yang urang berfungsi (mobilisasi) dengan kursi roda, ruk dan sebagainya sesuai instruksi unit rehabilitasi. Dengan semangat yang terus dipompaan oleh perawat keyakinan pasien untuk sembuh lebih besar lagi. Selain itu sebagai penyebab ketidapuasan pasien untuk bekerjasama karena perasaanya terkekang dan sulit dieluarkan, eadaan ini dapat disebabkan kurangnya perhatian perawat sehingga mereka merasa diucilkan. Menghadapi situasi yang demikian seorang perawat gigi dengan naluri keibuan haruslah bijaksana terutama dalam mengubah eangan perasaan pasien dengan memberian dorongan. Jadi selain perawat harus bersemangat dalam bekerja juga memberian semangat kepada pasien.
Praktek
Praktek Untuk dapat berbicara yang baik atau komuniatif tidaklah cukup sekedar teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau prate. Pribadi yang tampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yjuga mudah. Lingkungan menuntut untuk mampu melaksanakan tugas dengan sebaik – baiknya, semetara kepribadian perawat juga mendapat porsi yang sama.untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam berbicara maka latihan intensif salah satu jalan keluarnya, dan kemampuan dalam rangka praktek berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan sehingga mencapai kondisi yang dinginkan oleh perawat itu endiri. Latihan ini biasa berupa menyebutkan konsonan hurup hidup A, I, U, E, O tiap sehabis bangun tidur. Biasa juga dengan menghitung dari 1 hingga 100 dan kebalikannya dari seratus mundur hingga mencapai angka satu. Dengan latihan praktek demikian ditambah lagi praktek berbicara didepan umum akan menghilangkan rasa cemas hingga tidak kau dan berani tampil. Pada akhirnya bila empat keharusan tersebut dijalankan niscaya tidak ada kesulitan lagi dalam berkomunikasi bagi perawat baik dirumah sakit maupun di Puskesmas pada saat penyuluhan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. AKG Depkes, 1996. Komunikasi Terapeutik. Bandung.
2. Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan. EGC. Jakarta.
3. Curtis,J, 1991,Wawancara ketrampilan dan strategi,Jakarta,Bina Aksara.
4. Effendy, , 1993. Dinamika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
5. Effendy, Onong U. 1999. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
6. Harria T , 1991, Saya Oke – kamu oke, Jakarta,Erlangga.
7. IB Mantra. 1994. Komunikasi, Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Depkes RI. Jakarta.
8. Juditth. G. John, P.E., Ellizabeth,M.B., 1996, Komunikasi untuk kesehatan dan perubahan perilaku, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
9. Kartiyoso, 1994, Pengantar komunikasi bagi bagi siswa perawat, EGC, Jakarta.
10. Keliat, B.A. 1991. Hubungan Terapeutik Perawat – Klien. EGC.Jakarta.
11. Kozier, B. 1990, Fundamental of Nursing Concept,Proces and
Practice,California,Addison Wesley Nursing.
12. Lunandi, A.G., 1994, Komunikasi mengenai meningkatkan efektifitas komunikasi antar pribadi.
13. Prabandari,Y.S., 2003, Komunikasi Terapeutik Menuju Layanan Prima Kesehatan, FK UGM. Yogyakarta.
14. Prabandari,Y.S, 2003. Ujung Tombak Layanan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, FK UGM. Yogyakarta.
15. Purwanto, H. 1993, Komunikasi untuk perawat, EGC. Jakarta.
16. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep Kes RI, 1992, Komunikasi Terapeutik dalam asuhan kebidanan, Jakarta.
17. Pusdiknakes 2003, Kurikulum Jurusan Kesehatan Gigi, jakarta.
18. Rachmad.J., 1993, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosadakarya, Bandung.
19. Stuart,GW & Sunden.S ,1990, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, St Louis,Mosby Year Book.
20. Surakhmad, W, 1987, Berkomunikasi dalam nilai hidup, Bandung,Trasito.
21. Uripni, C.L., Sujianto, U., Indrawati, T. 2003. Komunikasi Kebidanan. EGC. Jakarta.
22. Vascarolis E, 1990, Fondation of Psychiatric mental health,New York,Wb Sounders Company.
23. Wijaya, HAW. 2000. Ilmu Komunikasi : Pengantar Studi. Rineka Cipta Jakarta.